Light Articles. Read Now!

Table of Content

Rumah Tua Peninggalan Belanda Episode 4: Kunci yang Terkubur di Dalam Kegelapan

Suara-suara aneh mulai terdengar, seperti suara bisikan yang datang dari dalam dinding rumah tua ini. Alya menoleh cepat, tetapi tidak ada siapa-siapa

 rumah tua peninggalan belanda

Petunjuk yang Tersembunyi

Peti itu tergeletak di atas meja kayu yang dipenuhi debu tebal, seolah menunggu waktu yang tepat untuk dibuka. Alya berdiri tegak, matanya tertuju pada peti logam kuno yang terukir dengan simbol-simbol yang tampak sangat asing, namun entah kenapa terasa begitu akrab. Peti itu, dengan permukaan yang gelap dan berkarat, seakan menyimpan rahasia yang begitu dalam dan berbahaya, seolah siap melepaskan sesuatu yang tak bisa dihentikan.

Budi berdiri beberapa langkah di belakangnya, wajahnya semakin pucat, tangannya gemetar. “Tolong, Mbak Alya, jangan buka peti itu,” suara Budi terdengar parau, penuh ketakutan. “Ada sesuatu yang lebih besar dari yang Anda pikirkan. Sesuatu yang tak boleh dibangkitkan lagi.”

Alya bisa merasakan ketegangan yang begitu berat di udara, namun rasa penasaran yang menggelora di dalam dirinya lebih kuat daripada ketakutan yang ditunjukkan Budi. Semua petunjuk yang ia kumpulkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di desa ini mengarah pada peti itu. Ini adalah kunci dari misteri yang telah membelit rumah tua ini selama bertahun-tahun. Sesuatu yang tertinggal, yang harus ditemukan.

“Pak Budi,” ujar Alya dengan suara tenang namun penuh wibawa, “Saya harus membuka peti ini. Jika Anda tahu apa yang ada di dalamnya, Anda harus memberitahu saya sekarang juga.”

Budi menggelengkan kepala. “Saya tidak tahu persis, tetapi saya bisa merasakan bahwa ini bukan hal yang bisa Anda tangani sendiri, Mbak. Rumah ini… rumah ini bukan sekadar tempat tinggal. Ini adalah tempat yang terkutuk.”

Alya menarik napas dalam-dalam, menahan ketegangan yang memuncak di dadanya. “Sudah waktunya kita mengungkap kebenarannya, Pak Budi. Rumah ini tidak bisa terus menyimpan rahasia, dan saya yakin Anda tahu lebih banyak daripada yang Anda katakan.”

Budi hanya terdiam, matanya kosong, seolah terperangkap dalam perasaan yang tak bisa ia jelaskan. Alya tidak menunggu lagi. Dengan hati-hati, ia meraih pegangan peti itu, dan perlahan membukanya. Suara kayu yang menggesek logam terdengar begitu nyaring di ruang bawah tanah yang sunyi.


Rahasia yang Terungkap

Ketika peti itu akhirnya terbuka, Alya merasa seolah dunia di sekitarnya berhenti sejenak. Di dalam peti, ada beberapa benda yang tertata rapi, tertutup oleh lapisan kain tua yang sudah menguning. Alya dengan hati-hati mengangkat kain itu dan menemukan sebuah buku besar, tebal, dengan sampul kulit hitam yang sudah hampir terkelupas. Di sampulnya terdapat tulisan yang tampaknya merupakan huruf-huruf lama yang tidak bisa ia kenali.

“Buku ini…” gumam Alya, mengangkat buku itu dengan hati-hati, “Ini adalah buku yang sama seperti yang ada di rumah ini, kan?”

Budi yang berdiri di belakangnya mengangguk dengan perlahan, wajahnya penuh ketakutan. “Ya, itu adalah buku yang sama. Tetapi ini lebih dari sekadar buku biasa. Ini adalah buku yang berisi catatan-catatan Kapten van de Velde, pemilik pertama rumah ini. Buku itu berisi ritual-ritual yang tidak pernah bisa dibaca oleh sembarang orang.”

Alya membuka halaman pertama dengan hati-hati, dan mata Alya langsung tertumbuk pada tulisan tangan yang terukir rapi namun penuh dengan simbol-simbol yang tak dimengerti. Ada banyak catatan mengenai tempat-tempat tersembunyi di rumah ini, dan juga cerita-cerita tentang eksperimen dan percakapan yang tampaknya berhubungan dengan kepercayaan gelap dan okultisme.

Namun, yang paling mencolok adalah sebuah catatan yang tercetak tebal di halaman akhir buku itu:

"Jangan biarkan kunci terakhir jatuh ke tangan yang salah. Jika itu terjadi, tidak ada yang akan bisa menghentikan apa yang telah terbangkitkan."

Alya menatap kata-kata itu, hatinya berdebar keras. Apa yang dimaksud dengan “kunci terakhir”? Dan apa yang akan terbangkitkan?

“Pak Budi, Anda harus memberitahu saya apa maksud dari catatan ini,” kata Alya, suaranya lebih tegas sekarang. “Apa yang ada di dalam rumah ini? Apa yang terjadi pada Kapten van de Velde?”

Budi, yang sudah mulai sangat cemas, akhirnya tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. “Kapten van de Velde… Dia bukan hanya seorang perwira Belanda biasa. Setelah Perang Dunia Kedua, dia terobsesi dengan ilmu hitam. Rumah ini dibangun untuk tujuan tertentu—untuk menjadi tempat percobaan bagi ritu-ritu gelap. Kapten van de Velde ingin menguasai kekuatan yang lebih besar daripada yang bisa dibayangkan manusia. Dan buku ini, bersama dengan peti itu, adalah bagian dari ritual yang ia mulai.”

Alya merasa perasaan mencekam itu semakin mendalam. “Lalu, apa yang terjadi padanya? Kenapa dia menghilang?”

“Dia berhasil memanggil sesuatu,” lanjut Budi dengan suara serak. “Sesuatu yang tidak seharusnya ada di dunia ini. Tapi ketika dia berhasil melakukannya, ia tidak bisa mengendalikan kekuatan itu. Sesuatu yang lebih kuat dari dirinya bangkit, dan Kapten van de Velde pun menghilang. Sejak saat itu, rumah ini menjadi tempat terkutuk. Banyak orang yang datang ke sini, tetapi mereka semua meninggalkan tempat ini dengan bekas luka yang tak bisa dijelaskan.”

Alya mencerna informasi itu dengan cepat. Kapten van de Velde mungkin telah membuka pintu ke dunia yang tidak bisa dimengerti oleh manusia biasa. Dan kini, dengan buku ini di tangannya, Alya merasa seperti telah membuka pintu itu sekali lagi—meskipun ia belum tahu seberapa dalam lubang itu bisa menariknya.

Lorong yang Tak Pernah Tertutup

Alya tahu bahwa petunjuk-petunjuk ini sudah membawa mereka sangat dekat dengan inti dari misteri ini. Buku itu, simbol-simbol, dan catatan-catatan yang tertulis jelas menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di dalam rumah ini—sesuatu yang belum pernah ditemukan atau dimengerti oleh siapapun.

Namun, ketika ia meletakkan buku itu kembali ke peti dan menutupnya, suasana tiba-tiba berubah. Suara-suara aneh mulai terdengar, seperti suara bisikan yang datang dari dalam dinding rumah tua ini. Alya menoleh cepat, tetapi tidak ada siapa-siapa di sekitarnya.

"Apa itu?" tanya Alya dengan cemas.

Budi, yang masih tampak sangat terkejut, berlari ke arah pintu dan menatap ke lorong yang gelap. “Itu… itu datang dari bawah. Dari lorong yang lebih dalam.”

Alya mengikuti pandangan Budi dan melihat sebuah pintu kecil yang tersembunyi di bagian bawah lorong. Pintu itu sudah tertutup rapat, namun ada cahaya redup yang terlihat di balik celah-celah pintu, seakan ada sesuatu yang sedang menunggu untuk keluar.

“Dari dulu saya tidak berani mendekat ke sana,” kata Budi, suaranya terputus-putus. “Lorong itu adalah tempat terlarang. Di sana ada sesuatu yang lebih mengerikan daripada yang bisa kita bayangkan.”

Alya menatap pintu itu dengan tekad yang semakin kuat. Jika mereka ingin mengungkap kebenaran, mereka harus menelusuri lorong itu, meskipun bayang-bayang yang menyertainya terasa semakin berat.

“Ayo, Pak Budi. Kita harus menemukannya,” kata Alya, meraih senter di saku dan mulai berjalan menuju pintu kecil itu.

Dengan langkah hati-hati, mereka membuka pintu dan melangkah lebih dalam ke lorong yang gelap. Lorong itu sempit, dengan dinding batu yang basah dan berlumut. Udara terasa lembab dan berat, dan setiap langkah mereka menciptakan gema yang memecah keheningan. Di ujung lorong, ada sebuah pintu besar yang terkunci, seolah menjadi penghalang terakhir sebelum mereka bisa mengungkap rahasia rumah ini.

Alya menatap pintu itu dan merasakan sebuah kekuatan yang tak terlihat menghalangi mereka. Sesuatu yang lebih dari sekadar kunci, sesuatu yang terpendam dalam sejarah gelap rumah ini.


Tunggu Episode 5 untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.

Manusia biasa yang suka membaca, menulis dan berbagi

Posting Komentar