Light Articles. Read Now!

Table of Content

Misteri Partitur Biola yang Hilang: Episode 2

Alderidge sangat terikat dengan tempat kelahirannya, dan jika ada seseorang yang ingin menyembunyikan partitur itu, Glenshire adalah tempat yang masuk

 misteri partitur biola yang hilang

Perjalanan ke Glenshire

Ezra Caldwell dan Lila Marquette berdiri di stasiun kereta tua di Althea, siap untuk memulai perjalanan mereka menuju Glenshire. Desa kecil itu, yang terletak di kaki bukit yang diselimuti kabut, adalah tempat kelahiran Maestro Cornelius Alderidge. Catatan kecil yang ditemukan di ruang arsip menjadi satu-satunya petunjuk mereka untuk menemukan partitur "Elegia Senja" yang hilang.

Kereta yang mereka naiki adalah kereta uap klasik dengan gerbong kayu yang berderit setiap kali roda besinya melintasi rel. Di dalam, suasana terasa sunyi, hanya ada beberapa penumpang yang tampak tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Ezra dan Lila duduk di dekat jendela, memandang pemandangan hijau yang perlahan berubah menjadi pegunungan berbatu.

“Profesor, apakah Anda benar-benar yakin partitur itu ada di Glenshire?” tanya Lila, suaranya dipenuhi keraguan.

Ezra mengangguk pelan sambil memandang ke luar jendela. “Kita tidak punya pilihan lain selain memeriksa. Alderidge sangat terikat dengan tempat kelahirannya, dan jika ada seseorang yang ingin menyembunyikan partitur itu, Glenshire adalah tempat yang masuk akal.”

Lila terdiam, pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan. Ia tidak hanya merasa cemas tentang partitur yang hilang, tetapi juga tentang rahasia apa yang mungkin tersembunyi di baliknya.

Kabut di Desa Glenshire

Setibanya di Glenshire, mereka disambut oleh udara dingin yang menusuk dan aroma khas tanah basah setelah hujan. Desa itu kecil, dengan jalanan sempit yang dilapisi kerikil dan rumah-rumah tua bergaya Tudor yang berdiri berjajar. Di tengah desa, ada sebuah gereja tua dengan menara lonceng yang menjulang tinggi, sementara di kejauhan, hutan lebat tampak mengelilingi desa seperti benteng alami.

Mereka langsung menuju ke penginapan kecil bernama “The Silver String.” Pemilik penginapan, seorang wanita tua bernama Agnes, menyambut mereka dengan senyuman ramah namun penuh rasa ingin tahu.

“Apa yang membawa kalian ke desa kecil ini?” tanya Agnes sambil menuangkan teh hangat ke dalam cangkir mereka.

Ezra memberikan jawaban setengah jujur. “Kami sedang melakukan penelitian tentang kehidupan Maestro Alderidge. Apakah Anda tahu sesuatu tentang dia?”

Agnes terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara rendah, “Cornelius Alderidge adalah legenda di sini. Tapi, kalau Anda mencari kisahnya, saya sarankan Anda berhati-hati. Tidak semua orang di desa ini senang membicarakannya.”

Ezra dan Lila saling berpandangan. Jawaban Agnes hanya menambah rasa penasaran mereka.

Rumah Masa Kecil Alderidge

Keesokan paginya, mereka pergi ke rumah masa kecil Alderidge, sebuah bangunan tua yang hampir tertelan oleh tanaman merambat. Rumah itu kosong selama bertahun-tahun, dan meskipun pintunya terkunci, Lila menemukan jendela kecil di samping yang bisa mereka lewati.

Di dalam, rumah itu gelap dan berdebu. Rak buku yang miring dipenuhi dengan buku-buku musik yang telah dimakan usia. Di sudut ruang tamu, ada sebuah piano tua dengan beberapa tuts yang hilang. Lila berjalan ke arah piano itu dan dengan lembut menekan salah satu tutsnya. Suara yang keluar terdengar sumbang, seperti rintihan dari masa lalu.

Ezra menemukan sebuah buku catatan di atas meja kayu yang hampir runtuh. Halaman-halamannya menguning, tetapi tulisan tangan Alderidge masih bisa dibaca dengan jelas. Salah satu entri menarik perhatian mereka:

**"Melodi ini adalah cerminan jiwaku, namun siapa pun yang memainkannya harus siap menghadapi bayang-bayang yang menyertainya." **

Lila membaca tulisan itu dengan suara pelan, lalu bertanya, “Apa maksudnya, Profesor? Apakah ini semacam peringatan?”

Ezra mengangguk. “Sepertinya Alderidge tahu bahwa komposisi ini memiliki kekuatan yang lebih dari sekadar musik biasa. Pertanyaannya adalah, kekuatan seperti apa?”

Malam di Gereja Tua

Saat senja tiba, mereka mendengar kabar bahwa seorang penduduk desa bernama Ewan sering berbicara tentang Alderidge. Mereka menemukannya di gereja tua, sedang membersihkan bangku-bangku kayu. Ewan adalah pria tua dengan rambut abu-abu kusut dan tangan yang gemetar, tetapi matanya masih menyimpan kilatan kecerdasan.

“Anda mencari Alderidge?” tanyanya dengan nada tajam ketika Ezra dan Lila memperkenalkan diri. “Dia adalah musisi hebat, tetapi dia juga membawa kutukan ke desa ini.”

Lila mengernyit. “Kutukan apa yang Anda maksud?”

Ewan meletakkan kain pembersihnya dan menatap mereka dengan serius. “Elegia Senja adalah karya terakhirnya, tetapi itu bukan hanya musik. Itu adalah… semacam ritual. Alderidge menciptakannya untuk memanggil sesuatu dari dunia lain, sesuatu yang tidak pernah seharusnya disentuh oleh manusia.”

Ezra mencoba tetap skeptis, tetapi rasa ingin tahunya semakin besar. “Apakah Anda tahu di mana partitur itu sekarang?”

Ewan menggeleng. “Tidak, tetapi saya tahu bahwa dia sering bermain biola di hutan saat malam bulan purnama. Jika Anda ingin menemukan jawaban, pergilah ke sana.”

Hutan yang Mencekam

Malam itu, Ezra dan Lila berjalan menuju hutan di pinggir desa. Bulan purnama menggantung di langit, cahayanya yang redup menciptakan bayangan-bayangan aneh di antara pepohonan. Suara dedaunan yang bergesekan dan gemerisik langkah mereka sendiri adalah satu-satunya suara yang terdengar.

Di tengah hutan, mereka menemukan sebuah lingkaran batu tua. Di tengah lingkaran itu, ada sebuah podium kecil yang tampaknya digunakan untuk meletakkan sesuatu — mungkin biola Alderidge.

Lila berjongkok untuk memeriksa podium itu. “Profesor, lihat ini,” katanya sambil menunjukkan ukiran-ukiran yang hampir tak terlihat di permukaan batu. Ukiran itu adalah notasi musik yang tampaknya merupakan bagian dari "Elegia Senja."

Namun, sebelum mereka sempat memeriksa lebih jauh, suara gesekan ranting terdengar dari belakang mereka. Ezra berbalik dengan cepat dan melihat bayangan seseorang di antara pepohonan.

“Siapa di sana?” tanyanya dengan suara tegas.

Bayangan itu tidak menjawab, tetapi melangkah mundur dan menghilang ke dalam kegelapan.

Bab 11: Petunjuk Baru

Setelah kembali ke penginapan, Ezra dan Lila mencoba menyusun petunjuk-petunjuk yang mereka temukan. Lingkaran batu di hutan, catatan Alderidge tentang bayang-bayang, dan peringatan Ewan semuanya menunjuk pada satu hal: partitur itu memiliki hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari sekadar musik.

Mereka memutuskan untuk memeriksa arsip desa keesokan paginya. Di sana, mereka menemukan sebuah peta tua yang menunjukkan lokasi-lokasi penting di Glenshire, termasuk sebuah pondok kecil di tepi sungai yang disebut "Rumah Musim Gugur." Pondok itu diketahui sebagai tempat di mana Alderidge sering menghabiskan waktu sendirian.

Ezra merasa yakin bahwa pondok itu akan memberikan jawaban yang mereka cari. Namun, di balik semua petunjuk yang mereka kumpulkan, perasaan aneh menyelimuti mereka, seolah-olah mereka diawasi oleh sesuatu yang tidak terlihat.


(Apakah pondok di tepi sungai akan mengungkapkan misteri di balik "Elegia Senja"? Atau justru membawa mereka lebih dekat pada bahaya? Nantikan kelanjutannya di Episode 3.)

Manusia biasa yang suka membaca, menulis dan berbagi

Posting Komentar