Sang Tamu Tak Diundang
Di sebuah desa kecil bernama Lembah Embun, yang dikelilingi oleh hutan lebat dan bukit berkabut, berdiri sebuah rumah megah yang dikenal dengan nama "Villa Arcanum." Rumah itu adalah peninggalan keluarga Arkana, yang dulunya terkenal kaya raya dan berpengaruh, tetapi sekarang hanya dihuni oleh pewaris terakhirnya, seorang wanita eksentrik bernama Melati Arkana.
Melati |
Melati, seorang wanita berusia awal empat puluhan dengan rambut hitam panjang yang selalu terurai dengan indah, menjalani hidupnya dalam isolasi. Ia jarang keluar rumah dan lebih sering menghabiskan waktunya di perpustakaan besar yang penuh dengan buku-buku tua dan peta kuno. Warga desa menganggapnya aneh, bahkan menyeramkan, tetapi tidak ada yang berani mendekat karena cerita-cerita tentang misteri dan kutukan keluarga Arkana.
Malam itu, hujan turun deras, dan angin berhembus kencang, menciptakan suasana yang mencekam. Melati duduk di ruang tamu villa yang luas, ditemani secangkir teh hangat dan suara api yang berderak di perapian. Jam besar di sudut ruangan berdentang sepuluh kali, menandakan sudah larut malam. Tiba-tiba, ketukan keras terdengar di pintu utama.
Melati terkejut. Siapa yang datang ke villa ini pada malam yang buruk seperti ini? Dengan enggan, ia bangkit dan membuka pintu. Di depan pintu berdiri seorang pria muda dengan wajah pucat, pakaian basah kuyup, dan tatapan penuh kepanikan.
"Maafkan saya, Nona Arkana," katanya dengan suara terputus-putus. "Saya... saya mengalami kecelakaan mobil di dekat sini. Bisakah saya berlindung di rumah Anda sampai badai reda?"
Melati ragu sejenak. Pria itu tampak asing, dan instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Namun, ia tidak tega membiarkannya di luar dalam cuaca seperti ini. "Masuklah," katanya akhirnya, meskipun suaranya terdengar dingin.
Adrian |
Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Adrian Santoso, seorang penulis yang sedang melakukan perjalanan ke kota tetangga. Ia mengaku tersesat di jalan yang licin dan gelap, hingga mobilnya tergelincir ke parit. Melati mengangguk mendengarkan, tetapi matanya terus mengamati gerak-gerik Adrian dengan cermat.
Sambil menunggu badai reda, Melati mengajak Adrian duduk di ruang tamu. Ia menyuguhkan handuk hangat dan secangkir teh, tetapi suasana tetap terasa tegang. Adrian tampak gelisah, sering kali melirik ke arah pintu dan jendela, seolah takut sesuatu akan datang menjemputnya.
"Anda tinggal sendirian di sini?" tanya Adrian, mencoba memecah kesunyian.
"Ya," jawab Melati singkat. "Sudah bertahun-tahun."
"Rumah ini... menarik," katanya sambil melirik dekorasi ruangan yang penuh dengan lukisan keluarga, patung antik, dan lilin-lilin besar. "Sepertinya penuh cerita."
Melati tersenyum tipis, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menghirup tehnya perlahan, sambil menatap api di perapian. Namun, tatapan matanya tidak mencerminkan ketenangan. Ada kecurigaan yang tersembunyi di baliknya.
Tiba-tiba, suara derit terdengar dari lantai atas. Adrian langsung terdiam, dan wajahnya memucat. "Apa itu?" tanyanya dengan suara bergetar.
Melati tetap tenang. "Angin," katanya singkat. "Rumah ini tua. Banyak bagian yang berderit."
Namun, Adrian tidak tampak yakin. Ia menelan ludah, lalu berdiri. "Terima kasih sudah mengizinkan saya masuk, tetapi saya rasa saya harus pergi sekarang."
"Ke mana Anda akan pergi?" tanya Melati, matanya menyipit. "Di luar gelap dan badai belum reda."
Adrian tidak menjawab. Ia berjalan menuju pintu, tetapi sebelum ia sempat meraihnya, pintu itu tiba-tiba terbuka sendiri, menampilkan sosok bayangan yang berdiri di ambang pintu. Kilatan petir menerangi wajahnya yang dingin dan penuh teka-teki. Sosok itu adalah seorang pria tua dengan topi fedora lusuh dan mantel panjang yang meneteskan air hujan.
"Maafkan gangguan ini," katanya dengan suara dalam. "Saya mencari seseorang. Apakah ada tamu tak diundang di sini malam ini?"
Melati tidak segera menjawab, tetapi tatapannya beralih ke Adrian, yang kini tampak gemetar ketakutan. Pertanyaan besar pun muncul di benak Melati. Siapa sebenarnya Adrian? Dan apa yang sedang ia sembunyikan?
Bersiaplah untuk misteri yang lebih dalam di episode berikutnya!